Wednesday, November 20, 2024

PERBANYAKKAN SUJUD

"Baru kali ini dalam hidupku mendengar informasi ini. 

Perbanyaklah sujud untuk memberi nutrisi pada bagian dahi (naṣīyah).

Apa itu naṣīyah dan mengapa disebut sebagai pembohong? 

Informasinya luar biasa, Subhanallah al-‘Azim!! 

Dari Syaikh/Abdul Majid al-Zindani. 

Semoga Allah memberinya kesembuhan dan kesehatan.

Dalam bukunya *Wa Ghadan Asr al-Iman* (Dan Besok, Zaman Keimanan), dia mengatakan:

Saya selalu membaca ayat Allah yang berkata, "Kalla, jika dia tidak berhenti, Kami pasti akan menyeretnya ke neraka, naṣīyah yang berdusta dan salah." (QS. Al-‘Alaq: 15)

Dan naṣīyah itu adalah bagian depan kepala, dan saya selalu bertanya-tanya dalam hati, "Ya Allah, buka padaku makna ini... Mengapa disebut naṣīyah yang berdusta dan salah?"

Saya merenunginya dan merasa bingung lebih dari sepuluh tahun, lalu saya kembali ke kitab-kitab tafsir dan mendapati para mufassir berkata: Yang dimaksud bukan naṣīyah yang berdusta, melainkan ini adalah ungkapan kiasan, bukan harfiah. Naṣīyah adalah bagian depan kepala, yang diberi sifat kedustaan (padahal yang dimaksud adalah pemiliknya).

Kebingunganku berlanjut sampai Allah memudahkan bagiku untuk menemukan sebuah penelitian tentang naṣīyah yang dipresentasikan oleh seorang ilmuwan Kanada (dan itu terjadi dalam sebuah konferensi medis yang diadakan di Kairo).

Dia berkata: "Baru lima puluh tahun yang lalu, kami mengetahui bahwa bagian otak yang ada di bawah dahi secara langsung (naṣīyah) adalah bagian yang bertanggung jawab atas kedustaan dan kesalahan serta menjadi sumber dalam mengambil keputusan. Jika bagian otak yang ada di bawah tulang dahi ini dipotong, maka pemiliknya tidak akan memiliki kehendak bebas dan tidak bisa membuat pilihan."

Karena bagian ini adalah tempat pilihan, Allah berfirman, "Kami akan menyeretnya dengan naṣīyahnya," artinya Kami akan mengambilnya dan membakarnya dengan kesalahannya. Setelah ilmu berkembang, mereka menemukan bahwa bagian naṣīyah pada hewan sangat kecil dan lemah (sehingga tidak memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengarahkannya).

Dan ini yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala: "Tidak ada satupun makhluk yang tidak kami pegang naṣīyahnya." Dan dalam hadits yang shahih dikatakan: "Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu, naṣīyahku berada di tangan-Mu."

Untuk hikmah Ilahi, Allah memerintahkan agar bagian naṣīyah ini sujud dan tunduk kepada-Nya, sehingga beban negatif dalam kepala bisa keluar ke tanah dan darah bisa mengalir ke seluruh bagian otak untuk memberi nutrisi dengan energi positif yang dibutuhkan. Karena ada pembuluh darah kecil di otak yang hanya bisa menerima darah melalui sujud, ini adalah bagian dari hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak ada yang kalian ketahui selain sedikit ilmu."

Ini adalah informasi yang sangat baik, yang mengajarkan kita untuk banyak sujud agar keputusan kita benar, dan yang terbaik adalah kita beribadah kepada Allah Yang Maha Esa, sehingga iman kita semakin kuat kepada-Nya.

Saat hendak melakukan sesuatu, kita lakukan salat istikharah, yakni sujudkan naṣīyah kita kepada Allah agar Dia memilihkan keputusan yang terbaik untuk kita. Semoga Allah meneguhkan hati kita dan hati kalian serta menjadikan naṣīyah kita jujur dalam segala kebaikan. Amin.

Ya Allah, jadikanlah ini sebagai sedekah jariyah bagiku, orangtuaku, keturunanku, serta bagi para mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat.

Sila sebarkan postingan ini."

PERBANYAKKAN

Saturday, November 16, 2024

Friday, November 01, 2024

MENCARI TITIK PERSAMAAN


Manusia sering berbeza pandangan antara satu sama lain. Namun, tidak bermakna tiada jalan pengelesaian dan persefahaman. Allah SWT mengajar kita, walau sebesar manapun perbezaan pandangan, carilah titik persamaan.

Allah SWT berfirman maksudnya:

Katakanlah (wahai Muhammad): "Wahai Ahli Kitab, marilah kepada satu Kalimah yang bersamaan antara kami dengan kamu, iaitu kita semua tidak menyembah melainkan Allah, dan kita tidak sekutukan denganNya sesuatu jua pun; dan jangan pula sebahagian dari kita mengambil akan sebahagian yang lain untuk dijadikan orang-orang yang dipuja dan didewa-dewakan selain dari Allah". Kemudian jika mereka (Ahli Kitab itu) berpaling (enggan menerimanya) maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah kamu bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang Islam". (A-li'Imraan 3:64) 

TITIK PERSAMAAN ANTARA SELURUH UMAT MANUSIA

Al-Quran menegaskan bahawa manusia seluruhnya tanpa mengira bangsa, bahasa, warna dan benua semuanya berasal daripada keturunan yang sama, iaitu Adam dan Hawwa.

Allah SWT berfirman maksudnya:

Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu). (Al-Hujuraat 49:13) 

Oleh kerana mereka semua berasal daripada keturunan yang sama, maka tiada halangan untuk Allah jadikan mereka semua berada di atas satu jalan, menganut satu agama dan berfikir dengan cara fikir yang sama semuanya. Namun Allah tidak berkehendakkan begitu. maka perbezaan pendapat terus berlaku sebagaimana firman-Nya yang bermaksud:

“Dan kalaulah Tuhanmu (wahai Muhammad) menghendaki, tentulah Dia menjadikan umat manusia semuanya menurut agama yang satu. (Tetapi Ia tidak berbuat demikian) dan kerana itulah mereka terus-menerus berselisihan.” (Hud 11:118)

TITIK PERSAMAAN ANTARA SELURUH UMAT ISLAM

Terlalu banyak titik persamaan antara seluruh Umat Islam tanpa mengira dari mana asal mereka. Semuanya beriman kepada Tuhan yang Esa, mengikuti Rasul yang sama, berpegang kepada Kitab yang satu, mengadap kepada Qiblat yang sama. Musim haji menjadi bukti yang nyata kesatuan umat Islam dari seluruh pelusuk dunia yang terdiri dari pelbagai aliran kefahaman, pelbagai mazhab dan pelbagai kecenderungan.

Allah SWT berfirman maksudnya:

“Dan sesungguhnya agama Islam ini ialah agama kamu - agama yang satu asas pokoknya, dan Akulah Tuhan kamu; maka bertaqwalah kamu kepadaKu.” 

(Al-Mu'minuun 23:52) 

“Sesungguhnya agama Islam inilah agama kamu, agama yang satu asas pokoknya, dan Akulah Tuhan kamu; maka sembahlah kamu akan Daku.” 

(Al-Anbiyaa' 21:92) 

RASULULLAH SAW TIDAK BERTEGANG SELAGI WUJUDNYA TITIK PERSAMAAN

Setelah baginda mencapai persetujuan dengan Suhail bin Amru yang mewakili kaum Quraisy untuk mengadakan perdamaian atau genjatan senjata yang dikenali sebagai perjanjian Hudaibiah, baginda SAW memanggil Ali RA supaya menulis surat perjanjian: 

Baginda menyampaikan sendiri apa yang perlu ditulis patah demi patah kepada Ali. Baginda memulakan dengan:

Bismillahir-Rahmanir-Rahim…

Amru pantas membantah: Adapun ar-Rahman, demi Allah, kami tidak tahu apa maksudnya. Tetapi, tulislah Bismika-Allahumma…

Maka Nabi SAW menyuruh Ali RA menulisnya begitu. Baginda SAW seterusnya menyambung: “Ini adalah perjanjian damai yang telah dipersetujui oleh Muhammad Rasulullah… 

Sekali lagi Amru membantah dengan berkata: kalau kami tahu engkau adalah Rasulullah, pasti kami tidak menghalang engkau daripada mengunjungi Baitillah dan tidak memerangi engkau! Justeru, tulislah Muhammad bin Abdullah.

Baginda SAW bersabda: sesungguhnya aku adalah pesuruh Allah meskipun kamu mendustakanku. Maka baginda menyuruh Ali RA supaya menulis Muhammad bin Abdululllah, dan memadamkan perkataan Rasulullah. Ali enggan memadamnya, lalu baginda memadamnya dengan tangannya sendiri… (Ar-Rahiq Al-Makhtum, ms 342-343)

Jelas sekali betapa Nabi SAW tidak bertegang menggunakan terma yang baginda yakin akan hakikatnya. Sebaliknya menerima cadangan musuh selagi mana tidak menafikan sepenuhnya kebenaran yang nyata.

IMAM MALIK RAHIMAHU-ALLAH BERLAPANG DADA DENGAN PERBEZAAN

Imam Malik rahimahu-Allah (W179H) berkata: Ketika Khalifah al-Mansur (W158H) berangkat menunaikan haji, beliau memanggilku bertemu dengannya. Aku pun datang mengadapnya. Kami berbincang tentang beberapa perkara. Beliau bertanya, aku menjawab. 

Beliau berkata: “Beta berazam untuk memerintah dengan menjadikan kitabmu ini, iaitu “Al-Muwatta’” sebagai dasar. Beta pegang satu naskhah. Kemudian beta akan hantar ke setiap negeri daripada negeri-negeri umat Islam satu naskhah. Dan beta perintahkan supaya mereka beramal dengan isi kandungannya dan tinggalkan selain daripadanya daripada ilmu-ilmu baharu. Sesungguhnya beta berpendapat asal ilmu ialah riwayat Ahli Madinah dan ilmu mereka.”

Aku berkata: “Wahai Amirul Mukminin, jangan lakukan. Sesungguhnya manusia telah disampaikan kepada mereka beberapa pendapat, mereka telah mendengar banyak hadis-hadis, mereka telah menerima pelbagai riwayat. Setiap kaum mengambil apa yang terlebih dahulu sampai kepada mereka. Mereka telah berpegang dan beramal dengannya. Jika dipaksa mereka tinggalkan apa yang telah mereka pegang, tentulah amat berat. Maka biarkanlah mereka berpegang dengan apa yang mereka telah pegang dan apa yang telah diplilih oleh rakyat setiap negeri untuk mereka pegang.

Khalifah berkata: “Demi umurka, jika engkau bersetuju dengan cadanganku, pasti beta perintahkan supaya dilaksanakannya.” (Al-Dhahabi, Siyar A’lam al-Nubala’).

Ma Syaa Allah! Betapa tingginya ilmu dan jauhnya pandangan Imam Malik. Khalifah mencadangkan untuk menjadikan kitab karangannya sebagai teks "undang-undang yang diikuti oleh seluruh rakyat, beliau menolaknya. Penyatuan umat bukan dengan dengan cara memaksa mereka mengikut satu aliran, satu pendapat daripada seorang imam. Sebaliknya penyataun adalah dengan meraikan kepelbagaian.

Dalam konteks ini, Imam Hasan al-Banna pernah berkata: kita bekerjasama dalam perkara yang kita persetujui, dan kita saling memaafkan dalam perkara yang kita perselisihkan. Ungkapan ini menggambarkan kefahaman beliau tentang tabiat dan fitrah manusia yang tidak boleh lari daripada berbeza pandangan. Justeru, memaksa mereka menerima satu pandangan tidak akan menatijahkan kesepakatan dan perpaduan, sebaliknya akan menjadi punca perpecahan dan pergaduhan yang tidak berkesudahan 


Monday, August 12, 2024

Wednesday, July 03, 2024

TANYA DIRI SENDIRI SEBELUM BERCERITA!

Diceritakan bahawa pada suatu hari, seorang lelaki bertemu dengan Socrates dan berkata dengan penuh semangat:

L : Adakah tuan tahu apa yang saya dengar tentang suatu cerita mengenai murid tuan?

S : Sebelum kamu sampaikan tentang carita yang kamu dengar itu aku mahu uji kamu dengan 3 soalan.

L : Kenapa mesti melalui ujian pula, tuan?

S : Ujian yang mesti dilalui oleh setiap orang sebelum dia bercakap. 

Ujian pertama adalah mengenai kebenaran. Adakah kamu benar-benar yakin bahawa apa yang akan kamu katakan itu benar?

L : Tidak. Saya tidak yakin. Saya hanya mendengar dari si fulan.

S : Bagus. Jika kamu tidak yakin sama ada perkara itu benar atau tidak, kita berpindah kepada ujian kedua. 

Ujian kedua adalah kebaikan. Adakah apa yang kamu akan sampaikan itu baik untukku?

L : Tidak. Bahkan sebaliknya.

S : Bagus. Kamu hendak sampaikan kepadaku berita yang tidak baik untukku meskipun kamu tidak yakin berita itu benar atau sebaliknya? Maka kita pergi kepada ujian terakhir.

Ujian ini adalah tentang faedah. Apakah perkara yang kamu akan sampaikan mendatangkan faedah kepadaku?

L : (Dengan tersipu-sipu) Tidak. Tiasa apa-apa faedah.

S : Justeru, jika apa yang hendak kamu sampaikan itu, kamu sendiri tidak yakin akan kebenarannya, ia tidak baik untukku dan tidak menghasilkan sebarang faedah, maka mengapa kamu mahu aku mendengarnya?


Sunday, June 30, 2024

DR MUHAMMAD MURSI DALAM KENANGAN

Bergenang air mataku membaca catatan Dr Tariq Suwaidan di bawah. 

Beliau berkata:

Seorang Akh warganegara Amerika keturunan Pakistan menghubungi saya untuk mendapatkan ijazah mengajar al-Quran.

Saya meminta beliau membaca beberapa ayat yang asas untuk mengetahui tahap kebolehannya menguasai pembacaan al-Quran.

Maka saya dapati bacannanya bagus, makhraj hurufnya tepat.

Saya bertanya: “Dari manakah anda belajar menghafaz al-Quran?”

Beliau menjawab: “Saya belajar dari ayah saya. Dan ayah saya belajar dari Dr Muhammad Mursi.”

Saya sangka, Dr Muhammad Mursi yang dia maksudkan ialah seorang imam yang berasal dari Mesir, yang menetap di Amerika. Tetapi bila saya bertanya lebih lanjut, beliau berkata: “Dr Muhammad Mursi (rahimahullah) mantan presiden Mesir, ketika al-marhum tinggal di Amerika suatu ketika dulu. Al-Marhum selalu menunaikan solat dengan ayah saya, dan beliau mengajar ayah saya bacaan dengan tajwid yang betul dan makhraj huruf yang tepat.”

Suatu pengiktirafan yang datang tanpa dirancang. Persaksian yang benar tentang seorang lelaki yang telah bersemadi di perut bumi. Justeru saya rasakan kisah ini merupakan satu amanah yang tidak harus saya sembunyikan.

Semoga Allah merahmatimu wahai saudaraku, Dr Muhammad Mursi.


Thursday, June 27, 2024

(عَسَىٰ )

“Saya sangat seronok membaca ayat ini: (عَسَىٰ رَبُّنَا أَن يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِّنْهَا) (Boleh jadi Tuhan kita akan memberi kita sesuatu yang lebih baik daripadanya).
Allah SWT mengetahui bahawa saya telah menghayati banyak rahsia taqdir dalam hidup saya dan kehidupan orang-orang yang saya kenali. Maka berapa banyak dan betapa banyak kebaikan yang Allah tunjukkan melalui ungkapan ‘عَسَىٰ yang bermaksud boleh jadi, juga ayat “dan Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”.
Dengan ayat ini:
Terpadamnya api penyesalan atas satu peluang yang terlepas,
Tugasan yang tidak terlaksana
jawatan yang telah terlucut,
kekasih yang terputus di pertengahan jalan,
kawan yang disangka berhati mulia. tetapi rupanya serigala pengkhianat dan teman yang tidak boleh dipercayai.
Semoga Tuhan kita menggantikan kita dengan hari-hari yang lebih baik darpada hari-hari yang dipenuhi dengan kesengsaraan, keletihan, dan kesusahan sebelum ini.
Semoga Dia menyembuhkan hati yang telah hancur luluh dan memulihkan hati yang telah pecah berkecai.
Mudah-mudahan Tuhan kita akan menyembuhkan orang yang sakit dengan kesembuhan baik berkat kesabarannya dan akan menyejukkan hati dengan siraman air yang nyaman.
Semoga Tuhan kita menampal hati yang retak dan jiwa yang penat dengan keriangan dan kegembiraan.
Semoga hati yang pilu kerana berpisah dengan insan tersayang, dan mata yang tidak henti menangis menanggung nestapa diganti dengan nikmat bertemu semula dan manisnya berhimpun di syurga yang aman sejahtera.
Semoga orang yang mencari yang halal dan bersabar dalam meninggalkan yang haram akan mendapat pahala serta kenikmatan yang berlipat ganda.
Semoga kepahitan kesabaran yang ditanggung oleh jiwa di atas pengkhianatan dan hubungan yang meletihkan, diganti dengan ketenangan hati dan kelapangan dada di negeri yang tiada lagi penat dan lelah.
Moga-moga kita akan sama-sama membaca ayat ini di atas pelamin-pelamin di Syurga menghadap satu sama lain dengan penuh rasa bahagia. (عَسَىٰ) adalah satu perkataan yang membawa konotasi: harapan dan cita-cita, yang mengetuk pintu-pintu baik sangka terhadap Allah SWT, sentiasa bergantung kepdaNya dan terus terikat dan berhajat kepada pertulunganNya.

Kami merawat diri kami dengan (عَسَىٰ).
* Dr. Mohammed Maher