Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un tsumma Innalillahi wa inna ilaihi
raji’un tsumma Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Alhamdulillah wash sholatu was salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala
alihi wasohbihi wa ma walah.
Wa qolallahu azza wa jalla fi kitabihil aziz, a’udzubillahi minasy
syaitanir rajim,
wa likulli ummatin ajal, faidza ja-a ajaluhum la yasta’khiruna saah
– wa la yastaqdimun.
wa qola: kullu nafsin dza-iqatul maut, wainnama tuwaffauna ujurakum
yaumal qiyamah, fa man zuhziha ‘anin naari wa udkhilal jannata fa qad
faza. Wa mal hayatud dunya illa mata’ul ghurur.
wa qola: minal mukminina rijalun shodaqu ma ‘ahadullaha alaihi, fa
minhum man qadla nahbahu wa minhum man yantazhir, wa ma baddalu
tabdilaa.
Shodaqollahu azhim
Hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah swt,
Saya diminta untuk mewakili keluarga besar almarhumah ustadzah Yoyoh
Yusroh dan keluarga besar ayahanda beliau, ayahanda almarhumah, KH
Abdushshomad (alm) dan Hj. Siti Aminah ibunda Yoyoh, begitu juga tiga
belas anak-anaknya.
Pertama-tama untuk menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada
hadirin-hadirat yang telah meluangkan waktu untuk bertakziyah dan
mendoakan almarhumah. Mudah-mudahan doanya insya Allah diterima oleh
Allah swt.
Jika sebagai manusia ada kekhilafan, ada kesalahan, ada kelalaian mohon
dimaafkan. Begitu juga jika ada hutang-piutang yang tidak diketahui
keluarga mohon disampaikan kepada pihak keluarga untuk diselesaikan dan
atau kemudian jika tidak sempat menghubungi keluarga mudah-mudahan bisa
meridhokan, bisa meridhokan sehingga tidak menjadi beban bagi
almarhumah.
Hadrin dan hadirat yang dimuliakan Allah swt,
Selain mewakili keluarga besar almarhumah saya di sini juga mewakili
keluarga besar jamaah Partai Keadilan Sejahtera yang pada hari ini merasa
kehilangan kader terbaiknya, kader yang merintis dari awal pertumbuhan
jamaah dakwah ini, gerakan dakwah ini. Dari awal tahun 80 beliau sudah
bergabung dengan aktifitas dakwah ini, bergabung dengan penuh semangat
wala wal intima', semangat loyalitas dan komitmen.
Bergabung dalam gerakan dakwah ini dengan semangat thoat
wat tadlhiyyah. Seluruh hidupnya diwakafkan, diserahkan
pada dakwah ini. Seluruh perjalanan hidupnya telah bergabung dengan
dakwah ini secara totalitas, diberikan untuk dakwah ini. Dalam hal ini
kita merasa kehilangan.
Sesungguhnya yang merasa kehilangan bukan hanya jamaah dakwah Partai
Keadilan Sejahtera, bukan hanya bangsa Indonesia, tetapi saya sendiri
dari sejak pagi menerima takziyah dari segenap penjuru dunia, dari
negara-negara ASEAN, dari negara-negara Timur Tengah menyampaiakn
takziyah ini. Karena sekali lagi yang kehilangan bukan hanya jamaah
dakwah Partai Keadilan Sejahtera, bukan hanya bumi pertiwi Indonesia,
tapi ikut kehilangan juga Masjidil Aqsha dengan Baitul Maqdis-nya,
seluruh mujahidin-mujahidah di Palestin sudah menyampaikan takziyahnya
dan merasa kehilangan. Bukan hanya bumi Indonesia yang kehilangan
amarhumah bahkan bumi di mana terletak Masjidil Aqsha-pun merasa
kehilangan, bumi para mujahidin-mujahidah yang sampai hari ini sedang
dikepung oleh tentara zionisme Israel turut juga merasa kehilangan.
Karena beliau selain mewakili jamaah dakwah Partai Keadilan Sejahtera,
sebagai anggota DPR juga mewakili bangsa Indonesia hadir di tengah-tengah
pejuang mujahidin di Gaza, sehingga mereka pun ikut merasa kehilangan.
Bahkan, baru saja kita juga menerima takziyah dari kesatuan-kesatuan
milliter dan kepolisian Indonesia yang sedang bertugas melaksanakan
menjaga perdamaian di Sudan di Darfur pun menyampaikan takziyahnya.
Semuanya ini adalah merupakan respon atas kehilangan seorang daiyah
seorang mujahid/mujahidah dakwah yang telah memperlihatkan dedikasinya
untuk apa yang dia yakini, apa yang dia cita-citakan dan apa yang dia
perjungkan.
Hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah swt,
Sekilas bagaimana dakwah ini bertemu dengan beliau, pada akhir tahun –
sekitar pertengahan tahun 80 beliau sebagai mahasiswi di IAIN Ciputat,
waktu itu masih mahasiswi baru dan kebetulan saya sekali-kali diundang
ceramah oleh mahsiswa di sana - mahasiswi di sana, ternyata beliau bukan
hanya pendengar ceramah yang baik tapi langsung menginginkan adanya
komitmen dengan nilai-nilai yang diceramahkan. Dan sejak saat itulah
beliau tidak pernah lepas dengan dakwah ini, dengan segala
pengorbanannya. Bahkan ketika rezim Orde Baru memenjarakan saya selama
dua tahun beliau terus melakukan langkah-langkah dakwah dan ketika saya
keluar dari penjara beliau segera menemui saya lagi dan bergabung lagi,
tanpa malu dengan eks tahanan politik. Terus bergabung.
Bahkan ada titik-titik sejarah yang mungkin pada generasi sekarang sulit
mengaplikasikannnya. Ketika masuk saatnya beliau harus menikah beliau
datang kepada saya dan mengatakan, “Ustadz saya diminta orang tua untuk
segera menikah.†Saya katakan, “Insya Allah saya doakan semoga
diberikan kemudahan.†“Tapi calonnya minta dicarikan ustadz,
saya ingin sesama aktifis dakwah.†“Ada pilihan?†“Tidak ada
pilihan. Pilihan jamaah dan pilihan Allah itulah yang akan menjadi
pilihan saya.â€
Dan segeralah saya mencari-cari siapa yang sudah jadi, sudah tentu
pada saat itu masih mahasiswa dan mahasiswi yang iklimnya sulit
untuk siap nikah waktu itu. Dalam kesulitan mencari itu akhirnya kita
menggunakan logika qum ya Hudzaifah! Lalu yang menyambut panggilan
qum ya Hudzaifah, itulah suami beliau yang setia mendampingi
beliau sampai sekarang yaitu akhunal fadhil Budi Darmawan. Yang ketika
saya minta segera mengasih tahu orang tua beliau di Bandung, bahkan belum
tahu nama lengkapnya. Ketika ditanya oleh orang tuanya, “Budi siapa
nama calon istrimu?†“Yoyoh.†“Yoyoh apa?†“Belum
tahu.†Tapi orang tua Budi Darmawan ini seorang sholih dan sholihah dan
menemui saya dan merestui rencana pernikahan bahkan mempersiapkan segala
perangkat rumah tangganya dan kemudian sayalah yang melamar beliau kepada
KH. Abdushshomad almarhum, yang kemudian juga beberapa hari kemudian
menyelenggarakan pernikahannya. Seluruhnya bahkan proses ini sepertinya
almarhumah dan akh Budi Darmawan kayaknya belum pernah ketemu sebelum
proses ini. Inilah sikap generasi pertama dari yang memegang
komitmen dengan dakwah ini. Yang kisah-kisah seperti itu sangat banyak
tapi yang sangat menonjol adalah kisah almarhumah ini.
Begitu juga dengan perjuangan-perjuangan, baik sebelum era reformasi
dengan segala ketekunannya ekspansi dakwah hampir ke seluruh penjuru
Indonesia dan sesudah era reformasi dan kita bersama komponen bangsa yang
lain membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ini menuju yang lebih
baik, almarhumah dengan sangat tekun menjadi legislator dua periode di
DPR, Ti Ti...tiga? Tiga periode di DPR, yang periode
ketiganya ini belum selesai. Jadi beliau tiga periode ini secara terus
menerus berjuang dan membuktikan dedikasi dalam kiprahnya. Bahkan ketika
ditugaskan di komisi I, luar biasa perkembangan kiprahnya merambah
seluruh dunia yang memerlukan kontribusi Indonesia baik dalam pembebasan
Palestina, perdamaian Sudan atau di Lebanon atau di Istanbul hampir
tugas-tugas internasional semua beliau laksanakan. Ini sudah barang tentu
menjadi suri tauladan bagi kita semua dan beliau tidak pernah dalam
melaksankan tugas ini mengeluh biaya dan menanyakan dari mana biayanya?
Siapa yang mengurusnya? Tidak! Seluruhnya dimenej dikelola dengan
kemampuan semangat ruhul badzlu wat tadlhiyah. Keteladanan inilah
yang harus kita ikuti dan kita lanjutkan.
Sudah barang tentu beliau tadi jam 03.30 dipanggil oleh Allah swt untuk
insya Allah menikmati pahala dari kerja keras, dari pengorbanan, dari
perjuangan, dari jerih payah. Mudah-mudahan insya Allah kita diberi
kesempatan oleh Allah swt untuk bergabung dengan beliau kalak di
jannatil Firdausi a'la.
Tadi saya bacakan ayat yang menyebutkan minal mukminina rijalun
shodaqu ma ‘ahadullaha alaihi, fa minhum man qadla nahbahu wa minhum
man yantazhir, dan almarhumah termasuk yang man qadla
nahbahu, telah menunaikan tugasnya dan menghadap kepada Allah
swt, dan kita termasuk waminhum man yantazhir. Mudah-mudahan kita
diberi kekuatan oleh Allah swt utk tetap meneruskan semangat seperti yang
dicontohkan oleh almarhumah yaitu semangat wala baddalu tabdilla,
tidak pernah mau mengubah keyakinan keimanan dan aqidahnya,
tidak pernah mau merubah idealisme sikapnya dan tidak mau merubah minhaj
langkah-langkah perjuangannya dan tdk mau merubah ghoyah tujuan
perjuangannnya, wa ma baddalu tabdiila, itulah yang diwariskan
oleh almarhumah kepada kita. Mudah-mudahan Allah swt pertama-tama
menempatkan almarhumah fi maq'adi shidqin ‘inda
malikin muqtadir dan mudah-mudahan juga memberikan kepada kita
semangat wa ma baddalu tabdiila, istiqomah terus lurus dalam
memperjuangkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Hadirin dan hadirat yang dimuliakan oleh Allah swt,
Kisah perjuangan beliau kalau ditulis mungkin berjilid-jilid buku.
Silahkan dari saya sebagai pembuka bagi hadirin-hadirat yang mungkin
kreatif memunculkan sejarah-sejarah perjuangan dari kader-kader dakwah
yang telah qodho nakhbahu yang telah menunaikan tugasnya
dengan sungguh benar. Mudah-mudahan insya Allah bisa diwariskan
kepada generasi penerusnya terutama putra-putrinya yang insya Allah dalam
kesibukannya berjuang tapi insya Allah putra-putrinya tiga belas adalah
minash shilihin was sholihat. Dan ini juga membuktikan bahwa
kesibukan perjuangan tidak membuat lalai mengurus rumah tangga, begitu
juga kesibukan rumah tangga tidak membuat lalai untuk melaksanakan
tugas-tugas perjuangan. Ini contoh mempertemukan antara tugas-tugas
kerumahtanggaan dan tugas-tugas perjuangan disatupadukan dalam jiwa hidup
perjuangan dan pengorbanan yang penuh telah diberikan oleh almarhumah
ustadzah Yoyoh Yusroh. Insya Allah, aqulu qouli hadza, astaghfirullaha li
wa lakum.
Assalamu ‘alaikum wr wb.
[Translate dari rekaman audio oleh Abu Rasyidah /
Catatan:
Sambutan ini disampaikan dihadapan ratusan pelayat setelah
pelaksanaan sholat jenazah atas almarhumah Yoyoh Yusroh di Masjid Komplek
Rumah Dinas DPR RI – Kalibata, Sabtu 21 Mei 2011 / 17 J. Tsani 1432,
sesaat sebelum diberangkatkan ke Tangerang untuk dimakamkan.
Teks kesaksian ini merupakan hasil translate dari rekaman suara, dan
ada beberapa kata yang barangkali tidak sama persis karena suaranya tidak
terekam jelas (sepertinya tidak lebih dari 5 kata), tetapi tidak sampai
menggangu dari segi isi.
Nada suara ustadz Hilmi Aminudin berat dan beberapa kali sangat
nampak kesedihan dan keharuan beliau bahkan hampir pecah tangis.
Dari kalangan jamaah juga sesekali terdengar isak tangis kesedihan
dan beberapa kali terdengar takbir mendengar kisah perjuangan almarhum
ustadzah Yoyoh Yusroh.
No comments:
Post a Comment